KABARTA.ID, BONE— Pemerintah Kabupaten Bone akan memasukkan mata pelajaran tentang pangan lokal ke dalam kurikulum muatan lokal (Mulok).
Keputusan ini mencerminkan komitmen Kabupaten Bone untuk menjawab tantangan perubahan iklim melalui edukasi yang berbasis pada kearifan lokal.
Tim pengembang kurikulum mulok Pangan Lokal untuk Ketahanan Iklim telah dibentuk melalui Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bone nomor 043 tahun 2024.
Tim pengembang diketuai oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Nursalam, dan beranggotakan guru dari sejumlah SD dan SMP di Kabupaten Bone.
Nursalam menjelaskan, kurikulum mulok tentang pangan lokal dikembangkan dalam rangka merespons kebutuhan mendesak untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pangan lokal dalam menghadapi perubahan iklim.
“Langkah ini menjadi bagian integral dari upaya bersama untuk memberdayakan komunitas dalam menghadapi dampak perubahan iklim,” ungkapnya.
Detail tentang kurikulum dibahas dalam lokakarya Peningkatan Kapasitas dan Pengarusutamaan Kurikulum Pangan Lokal untuk Ketahanan Iklim yang diselenggarakan pada tanggal 6-7 Februari 2024 di Hotel Helios, Watampone.
Lokakarya dua hari ini bertujuan mencapai kesamaan persepsi dan mendapatkan tujuan dari para pemangku kepentingan terkait target-target dan langkah-langkah pengarusutamaan materi Pangan Lokal untuk Ketahanan Iklim.
Dalam mengembangkan kurikulum, Dinas Pendidikan Bone bekerja sama dengan ICRAF Indonesia yang berperan sebagai fasilitator. ICRAF tengah melaksanakan proyek Land4Lives di Sulawesi Selatan, yang salah satu tujuannya ialah memperkuat ketahanan pangan di hadapan tantangan perubahan iklim.
“Pangan lokal sangat berperan dalam mengatasi masalah rawan pangan akibat krisis iklim. Dari integrasi kurikulum ini, harapannya anak-anak mampu memahami pentingnya pangan lokal untuk melawan rawan pangan dan belajar melestarikan pangan lokal mereka,” kata Betha Lusiana, peneliti dari ICRAF Indonesia.
Kepala Bappeda Bone Dr. Ade Fariq Ashar, S.STP, M.Si., menuturkan kehadiran program LandForLives yang dilaksanakan ICRAF kerjasama dengan Bappeda Pemkab Bone sangat dirasakan manfaatnya masyarakat.
“Setidaknya ada tiga manfaat yang dirasakan masyarakat, mulai dari mengubau pola perilaku masyarakat Bone yang umumnya bertani, di mana 12 lokus desa di Bone sudah mendaatkan pendampingan dari peneliti ICRAF,”kata Ade Fariq Ashar.
“Kedua, sudah ada Komitmen dari Pemerintah Desa melalui APBDes menganggarkan dana desa untuk Desa Ketahanan Pangan, ditambah disupport ICRAF, jadi programnya tidak lagi menggunakan APBD,
Ketiga lanjut Kepala Bappeda Bone ini, ICRAF masuk dunia pendidikan dengan melakukan pendampingan kurikulum pangan lokal sebagai mata pelajaran muatan lokal di Bone.
(AJ)*.