Ekobis

Pasca Ditebang, Harga Kakao di Bone Tembus Rp38 Ribu Per Kg

296
×

Pasca Ditebang, Harga Kakao di Bone Tembus Rp38 Ribu Per Kg

Sebarkan artikel ini
Int

Harga kakao di Kabupaten Bone kini tembus Rp31 ribu hingga Rp38 ribu per kg. Harga jual biji kakao kering ini alami kenaikan setelah banyak petani menebang pohon kakaonya lantaran produksi makin minim atau bahkan sudah tidak produktif.

Hal tersebut diketahui dari penyampaian warga atau petani dari sejumlah kecamatan di daerah yang berjuluk Bumi Arung Palakka itu.

Salah satu petani kakao di Kecamatan Ulaweng Bone Ami mengatakan, saat ini harga penjualan biji kakao kering mengalami kenaikan harga dari biasanya. Kini, kata dia, harga jual berkisar Rp31 ribu hingga Rp38ribu per kg.

“Saya jual coklat (kakao) Rp31 ribu per kg. Itu kurang lebih tiga hari dijemur. Kalau kualitas yang lebih bagus, katanya ada Rp38 ribu per kg, tapi saya belum menjual seharga itu,”ungkapnya dengan bahasa Bugis, Jumat (19/5/2023)

Baca Juga:  Petugas Pantarlih Desa Tea Musu Dilantik

Kendati mengalami kenaikan harga, ia mengakui dari tahun ke tahun, produksi kakao miliknya terus mengalami penurunan. Akibat dari produksi kakao yang terus turun itu, sepetak kakao miliknya telah ditebang dan ditanami jagung.

“Produksi kakao terus menurun. Biasanya kalau panen ratusan kilogram, akhir-kahir ini hanya belasan kilo. Itupun lama baru panen. Kakao tidak produktif seperti dulu, jadi banyak yang sudah ditebang dan menanami jagung kuning,”ungkapnya.

Kabid Perkebunan Dinas PTPHP Bone Hasanuddin juga mengakui penurunan produksi kakao dari tahun ke tahun di Kabupaten Bone. Terkait harga jual kakao, ia belum mengetahui harga terbaru di tingkat petani.

“Biasanya (harga jual kakao kering) sekitar Rp 27 ribu, saya tidak tahu sekarang. Nanti saya tanya dulu kelompok tani,”ungkapnya kepada wartawan via WhatsApp

Baca Juga:  November 2021, Realisasi KUR Wajo Peringkat Ketiga Tumbuh 23,44%

Informasi dihimpun, sejak tahun 2019 sudah puluhan ribu tanaman kakao di Desa Tea Musu, Kecamatan Ulaweng Bone telah ditebang. Hal ini terus berlanjut lantaran produktivitas tanaman kakao semakin minim.

Petani Kakao di kawasan tersebut sudah sekian lama menjerit. Mereka mengeluhkan produksi buah kakao yang terus menurun. Hal ini semakin memburuk sejak beberapa tahun terakhir.

Selain kakao tak produktif, harga jual biji kakao sebagai salah satu hasil perkebunan andalan warga desa, terus mengalami penurunan harga hingga saat ini baru mengalami kenaikan.

Kendati pun mengalami kenaikan harga, kerab tidak lama turun lagi. Akibatnya sejumlah petani menebang kakaonya dan menggantinya dengan tanaman jangka pendek. Sementara petani lainnya hanya bisa pasrah dengan kondisi tersebut.

Baca Juga:  Sawah Terendam Banjir, Padi Sudah Panen Tersapu Arus

Berdasarkan informasi sejumlah warga, penurunan harga kakao dipicu oleh berbagai hama yang menyerang kakao sehingga hasil panen yang kurang berkualitas, nilai jualnya pun cenderung rendah.

Adapun penurunan produksi buah kakao disinyalir karena tanaman kakao petani sudah usia lanjut dan terserang berbagai hama.*